Home » » Prinsip - Prinsip Pengajaran

Prinsip - Prinsip Pengajaran

Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas belajar.Aktivitas mengajar menyangkut peran seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi indikator suatu aktivitas/ proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik.Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama terlibat dalam proses pengajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung (bagi perkembangan pribadi).
Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yaitu pendidik, dan peserta didik. Pendidik sebagai yang mengendalikan, memimpin, dan mengarahkan events pengajaran (guru sebagai subjek/ pelaku peranan pertama yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan inisiati pengajaran). Peserta didik sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut keaktifanya dalam proses pengajaran.
Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar. Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar.
Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
A.    Prinsip Aktivitas :
Thomas M. Risk dalam bukunya Principle and Practices of Theaching (1958) halaman 7 mengemukakan tentang belajar mengajar bahwa “Teaching is the guidance of learning experiences” (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkunanya. Dengan demikian, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik fisik maupun psikis.
Sedangkan Paul B. Diedrich dalam penyelidikanya menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut :
1.      Visual activities, membaca, memperhatikan : gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2.      Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
3.      Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya
4.      Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, teks, menyalin, dan sebagainya
5.       Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
6.      Motor activities, melakukan percobaan, model, mereparasi, berkebun, bermaian, dan sebagainya
7.      Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, mlihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8.      Emotional activities, meneruh minat, merasa, gembira, berani, tenang, dan sebagainya.
Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologi bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya).
B.     Prinsip Motivasi :
Walker (1967) dalam bukunya Conditioning and Instrumental Learning mengatakan : “Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bila individu mempunyai motivasi untuk melakukanya”. Sedangkan menurut Prof. S. Nasuion bahwa motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga ia mau melakukan apa yang dapat dilakukanya. Jadi motivasi memiliki peranan penting, baik motivasi dari dalam diri atau dari luar.
C.     Prinsip Individualistis :
Al-Ghazali mengatakan bahwa kewajiban pertama dan utama bagi guru adalah mengajarkan kepada peserta didik apa yang mudah dipahaminya, sebab suatu bidang studi yang sukar akan berakibat kericuhan mental/akal dan peserta didik akan menjauhi dan tidak memperhatikan. Jadi, tingkat penangkapan-pemahaman berdasarkan perbedaan kemampuan masing-masing individu. Individualistis ini dalam kontek pengajaran adalah disebabkan hal-hal berikut :
1.      Setiap individu memiliki sifat-sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda
2.      Setiap individu mempunyai cara belajar menurut caranya sendir
3.      Setiap individu mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda
4.      Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai perbedaan individual.
5.      Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda
D.     Prinsip Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting dalam segala aktivitas, terutama aktivitas belajar mengajar
E.     Prinsip Kebebasan :
Prinsip kebebasan dalam pengajaran yang dimaksud adalah kebebasan yang demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada peserta didik dalam aturan dan disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam proses penciptaan situasi pengajaran.
Rosella Linski, dalam bukunya The Learning Process (1977) halaman 31, kebebasan mengandung tiga dimensi, yaitu :
1.      Self directedness, menyarankan pembuatan keputusan-keputusan tentang tindakan-tindakan individual didasarkan pada ukuran kebajikan.
2.      Self discipline, yang harus dating dari dalam diri individu itu sendiri.
3.      Self Control, harus datang dalam diri sendiri sitem control dapat berkembang.
F.      Pinsip peragaan
Alat indera merupakan pintu gerbang pengetahuan. Peragaan adalah menggunakan alat indera untuk mengamati, meneliti, dan memahami sesuatu. Pemahaman yang mendalam akan lahir dari analisa yang komprehensif sehingga menghasilkan gambaran yang lengkap tentang sesuatu.
Agar siswa dapat mengingat, menceritakan, dan melaksanakan suatu pelajaran yang pernah diamati, diterima, atau dialami di kelas, maka perlu didukung dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang bisa mengkonkritkan yang abstrak

G.    Prinsip kerja sama dan persaingan
Kerjasama dan persaingan adalah dua hal berbeda. Namun dalam dunia pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud adalah persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa lain.
H.    Prinsip apersepsi (suatu penafsiran bukan pikiran, yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki.
Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
I.       Prinsip korelasi (saling berkaitan), guru hendaknya juga berusaha menghubungkan bahan pelajaran dari mata pelajaran yang sedang diajarkan/ dipelajari peserta didik dengan bahan pengajaran mata pelajaran yang lain.
Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau dengan pelajaran lain sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang disampaikan.
J.       Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
K.    Prinsip Globalits, bahwa keseluruhan adalah titik awal pengajaran.
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
L.     Permainan dan Hiburan.
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.


0 komentar:

Post a Comment

 
Supported By: STAI Kuala Kapuas | Kemenag Kapuas |
Copyright © Tahun 2014. Ahmad Subhan, S.PdI - All Rights Reserved
Set Up Intalation and Created by Ahmad Subhan
Powered By : Google And Blogger