- Ilmu : Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
- Jiwa : Jiwa atau Jiva berasal dari bahasa sanskerta yang artinya benih kehidupan,dalam bahasa inggris disebut "soul". Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri, Di dalam teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme., Penggunaan istilah jiwa dan roh seringkali sama, meskipun kata yang pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua. Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan agama, Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup atau nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya).
- Pendidikan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Berita Terbaru : Dapatkan Informasi Dengan Berlangganan Situs ini
PENGERTIAN ILMU, JIWA DAN PENDIDIKAN
Ditulis Oleh :Unknown
Update12:08 AM
WithNo comments
Prinsip - Prinsip Pengajaran
Ditulis Oleh :Unknown
Update2:46 PM
WithNo comments
Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yaitu pendidik, dan peserta didik. Pendidik sebagai yang mengendalikan, memimpin, dan mengarahkan events pengajaran (guru sebagai subjek/ pelaku peranan pertama yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan inisiati pengajaran). Peserta didik sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut keaktifanya dalam proses pengajaran.
Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar. Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar.
Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
A. Prinsip Aktivitas :
Thomas M. Risk dalam bukunya Principle and Practices of Theaching (1958) halaman 7 mengemukakan tentang belajar mengajar bahwa “Teaching is the guidance of learning experiences” (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkunanya. Dengan demikian, belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik fisik maupun psikis.
Sedangkan Paul B. Diedrich dalam penyelidikanya menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut :
1. Visual activities, membaca, memperhatikan : gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya
4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, teks, menyalin, dan sebagainya
5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
6. Motor activities, melakukan percobaan, model, mereparasi, berkebun, bermaian, dan sebagainya
7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, mlihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8. Emotional activities, meneruh minat, merasa, gembira, berani, tenang, dan sebagainya.
Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologi bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya).
B. Prinsip Motivasi :
Walker (1967) dalam bukunya Conditioning and Instrumental Learning mengatakan : “Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bila individu mempunyai motivasi untuk melakukanya”. Sedangkan menurut Prof. S. Nasuion bahwa motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga ia mau melakukan apa yang dapat dilakukanya. Jadi motivasi memiliki peranan penting, baik motivasi dari dalam diri atau dari luar.
C. Prinsip Individualistis :
Al-Ghazali mengatakan bahwa kewajiban pertama dan utama bagi guru adalah mengajarkan kepada peserta didik apa yang mudah dipahaminya, sebab suatu bidang studi yang sukar akan berakibat kericuhan mental/akal dan peserta didik akan menjauhi dan tidak memperhatikan. Jadi, tingkat penangkapan-pemahaman berdasarkan perbedaan kemampuan masing-masing individu. Individualistis ini dalam kontek pengajaran adalah disebabkan hal-hal berikut :
1. Setiap individu memiliki sifat-sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda
2. Setiap individu mempunyai cara belajar menurut caranya sendir
3. Setiap individu mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda
4. Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai perbedaan individual.
5. Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda
D. Prinsip Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting dalam segala aktivitas, terutama aktivitas belajar mengajar
E. Prinsip Kebebasan :
Prinsip kebebasan dalam pengajaran yang dimaksud adalah kebebasan yang demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada peserta didik dalam aturan dan disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam proses penciptaan situasi pengajaran.
Rosella Linski, dalam bukunya The Learning Process (1977) halaman 31, kebebasan mengandung tiga dimensi, yaitu :
1. Self directedness, menyarankan pembuatan keputusan-keputusan tentang tindakan-tindakan individual didasarkan pada ukuran kebajikan.
2. Self discipline, yang harus dating dari dalam diri individu itu sendiri.
3. Self Control, harus datang dalam diri sendiri sitem control dapat berkembang.
F. Pinsip peragaan
Alat indera merupakan pintu gerbang pengetahuan. Peragaan adalah menggunakan alat indera untuk mengamati, meneliti, dan memahami sesuatu. Pemahaman yang mendalam akan lahir dari analisa yang komprehensif sehingga menghasilkan gambaran yang lengkap tentang sesuatu.
Agar siswa dapat mengingat, menceritakan, dan melaksanakan suatu pelajaran yang pernah diamati, diterima, atau dialami di kelas, maka perlu didukung dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang bisa mengkonkritkan yang abstrak
G. Prinsip kerja sama dan persaingan
Kerjasama dan persaingan adalah dua hal berbeda. Namun dalam dunia pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud adalah persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa lain.
H. Prinsip apersepsi (suatu penafsiran bukan pikiran, yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki.
Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
I. Prinsip korelasi (saling berkaitan), guru hendaknya juga berusaha menghubungkan bahan pelajaran dari mata pelajaran yang sedang diajarkan/ dipelajari peserta didik dengan bahan pengajaran mata pelajaran yang lain.
Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau dengan pelajaran lain sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang disampaikan.
J. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
K. Prinsip Globalits, bahwa keseluruhan adalah titik awal pengajaran.
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
L. Permainan dan Hiburan.
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.
Penyakit Berbahaya Seorang Guru
Ditulis Oleh :Unknown
Update3:30 PM
With3comments
Dari beberapa faktor penunjang
keberhasilan pendidikan sehingga mampu melahirkan siswa yang berprestasi
, faktor guru sangat dominan adanya. Peran guru sangat penting
terhadap baik buruknya mutu pendidikan. Ungkapan “guru kencing berdiri murid kencing berlari”
rasanya masih belum usang. Bila sampai sangat ini mutu pendidikan di
Indonesia dinilai oleh berbagai pihak masih relatif rendah, maka perlu
diakui salah satu penyebab utamanya adalah kualitas kompetensi guru
relatif rendah, di samping faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya.
Misalnya, sarana prasarana pendidikan yang kurang refresentatif,
manajemen pendidikan yang masih carut marut.
Mengapa masih banyak guru yang belum
profesional alias tidak berkualitas? Berdasarkan hasil riset dan survey
berbagai pihak ditemukan beberapa penyakit yang bersarang pada diri guru
sehingga guru tersebut tidak profesional dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya. Ada beberapa penyakit berbahaya yang melemahkan kualitas
guru dalam melaksanakan tugas sehingga berdampak negatif terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan, diantaranya :
- ASMA (Asal masuk kelas). Ketika guru masuk ke kelas tanpa disertai persiapan dan perencanaan matang secara tertulis dan sistematis
- ASAM URAT (Asal Sampai Materi Urutan tidak Akurat). Cara menyajikan materi pelajaran masih konvensional, sering memakai metode CBSA (Cul Budak Sina Anteng), metode tugas mencatat paling sering dilakukan. Kadang-kadang batas materi pelajaran yang disampaikan gurupun tidak tahu.
- BATUK (Baca Ngantuk). Umumnya guru malas membaca, sekali-kali membaca kantuk datang menggoda akhirnya membaca tak tahan lama. Karena jarang membaca ilmunya tidak bertambah, wawasannya tidak luas. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak mengikuti perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jadilah guru yang jumud, kaku bahkan ortodok.
- DIABETES (Dihadapan Anak Bekerja Tidak Series)
- DIARE (Di kelas Anak diRemehkan). Potensi, bakat dan minat anak kurang diperhatikan, sehingga proses belajar mengajar monoton, tidak menumbuh kembangkan potensi anak didik tapi justru sering membunuh potensi, bakat dan minat anak didik.
- GATAL (Gaji Tambah Aktifitas Lesu). Gaji ingin terus bertambah, tapi melaksanakan tugas kewajiban tidak mau berubah. Mengikuti sertifikasi sangat ambisi padahal kurang memiliki kompetensi tujuan utamanya ingin berpenghasilan tinggi mendapat gaji tunjangan profesi.
- GINJAL (Gaji Nihil Jarang Aktif dan Lambat). Gaji minus tiap bulan karena habis oleh kredit bank akhirnya hilanglah gairah bekerja, pudar semangat mengajar.
- HIPERTENSI (Hilang Perhatian Terhadap Nasib Siswa). Prestasi siswa tidak diperhatikan, mau pintar atau bodoh masa bodo, tidak ada upaya pengayaan bagi siswa berprestasi dan tidak ada upaya perbaikan atau remedial kepada siswa yang masih kurang berprestasi.
- KANKER (Kantong Kering). Gaji satu bulan habis satu minggu, karena besar pasak daripada tiang, tinggi kemauan rendah kemampuan. Penghasilan tidak memenuhi kebutuhan, akibatnya hilanglah semangat melaksanakan tugas, malas masuk kelas, sering mangkir tidak hadir.
- KUDIS (Kurang Disiplin) melaksanakan tugas asal-asalan tidak tepat waktu, tidak akurat rencana dan program.
- KURAP (Kurang Rapih). Penampilan pisik (performan) acak-acakan, persiapan administrasi KBM asal-asalan.
- KUSTA (Kurang Strategi). Tampil mengajar dihadapan siswa hanya menggunakan metode ceramah sehingga membosankan, tidak menggunakan berbagai metoda mengajar sehingga tidak membangkitkan semangat belajar siswa.
- MUAL (Mutu Amat Lemah) masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang ideal. Kurang menguasai materi pelajaran dan metoda pembelajaran.
- LESU (Lemah Sumber). Buku sumber pelajaran hanya mengandalkan buku paket, tidak memiliki buku referensi yang vareatif dan representatif sehingga wawasannya sempit
- LIPER (Lekas Ingin Pergi). Tidak betah berada di sekolah, tidak antusias masuk ke kelas bahkan sebaliknya ingin segera pulang untuk mencari penghasilan tambahan. Kadang-kadang usaha sampingan diutamakan tugas utama mengajar dilupakan.
- PROSTAT (Program dan Strategi tidak dicatat). Ketika KBM tidak disertai Silabus dan RPP, tanpa dilengkapi program dan strategi mengajar yang ditulis sistematis.
- REMATIK (Rendah Motivasi Anak Tidak Simpatik). Tidak semangat ketika mengajar dihadapan anak didik, performan tidak menarik sehingga anak didik tidak simpatik bahkan sebaliknya antipati akhirnya melemahkan bahkan menghilangkan gairah belajar. Tampil mengajar tidak menyenangkan siswa.
- STRUK (Suka Terlambat Untuk masuk Kelas)
- T B C (Tidak Bisa Computer) alias gaptek (gagap teknologi), tidak ada usaha untuk meng-up grade kompetensi diri, sehingga penguasaan teknologi informasi dan komunikasi kalah oleh siswa.
- TIPUS (Tidak Punya Selera). Ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar dihadapan siswa tidak semangat, kurang gairah
Waspadalah jenis-jenis
penyakit di atas jangan sampai diderita oleh para guru. Apabila
macam-macam jenis penyakit kronis tersebut di atas bersemayam dalam
sikap mental dan psikologis guru sehingga mengalami komplikasi akut,
maka sangat membahayakan terhadap kualitas pendidikan siswa. Jenis-jenis
penyakit mental di atas termasuk penyakit menular yang dapat
melumpuhkan bahkan membunuh potensi yang dimiliki siswa. Dampak
negatifnya potensi yang dimiliki siswa bukan meningkat menjadi
kompetensi tapi justru membuat siswa impotensi, kurang berprestasi.
Sebelum berbagai penyakit di atas
semakin mewabah dan merambah pada jiwa setiap guru, maka perlu segera
melakukan tindakan antisipatif dan preventif dengan meminum obat mujarab
yaitu “IMTAK” dan “IPTEK” (meningkatkan kualitas keimanan dan
merealisasikan ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi).
Seberapapun besar dana yang disediakan
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan bila tidak ditunjang
oleh mutu pendidik karena sudah terjangkit penyakit, yakinlah prestasi
siswa sulit bangkit.
Sumber: http://campuscemara.wordpress.com/2011/06/03/penyakit-guru-yang-membahayakan/
Sumber: http://campuscemara.wordpress.com/2011/06/03/penyakit-guru-yang-membahayakan/
Mengelola Sebuah Pembelajaran
Ditulis Oleh :Unknown
Update3:30 PM
With1 comment
Pembelajaran adalah suatu proses
belajar mengajar. dimana didalamnya ada dua subyek, yaitu guru dan peserta
didik. Istilah peserta didik saya gunakan disini untuk menggantikan istilah
anak didik, obyek didik atau sebagai istilah lain dari murid/siswa. Pemakaian
istilah peserta didik lebih mengandung sifat umum, siswa/mahasiswa dan lebih
bersifat aktif serta memanusiakan daripada istilah anak didik atau obyek didik.
Tugas dan tanggung jawab utama seorang
guru/pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis,
efisien dan positif , yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subyek
pengajaran, guru sebagai pemberi inisiatif awal dan pengarah serta pembimbing,
sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk
memperoleh perubahann diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan suatu
aktivitas yang sistematis dan sistemik terdiri dari banyak komponen dan setiap
komponen tersebut tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri –
sendiri, namun harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer
dan berkesinambungan.
Oleh karena itu diperlukanlah
pengelolaan pengajaran yang baik, pengelolaan pengajaran yang baik tersebut
harus dikembangkan berdasarkan prinsip – prinsip pengajaran, harus
dipertimbangkan segi dan strategi pengajaran , dirancang secara sistematis,
bersifat konseptual tetapi praktis-realistis dan fleksibel, baik yang
menyangkut interkasi pengejaran, mengelola kelas, pemanfaatan sumber dan media
pengajaran, maupun penilaian pengajaran.
Berdasarkan asumsi diatas
diperlukan seorang guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan pengajaran
yang memadai dan sebuah keterampilan tentunya harus memerlukan latihan –
latihan agar kemampuan mengajar bias menjadi lebih baik.
Pengejaran memang bukan konsep atau praktik yang sederhana. Ia bersifat
kompleks, menjadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya. Pengajaran
berhubungan erat dengan pengembangan potensi peserta didik, perubahan dan
pembinaan dimensi – dimensinya kepribadian peserta didik.Karena itu
melaksanakan pengajaran tidak seperti menyuapi makanan pada sang bayi,
organisasi pengajaran tidak semisal organisasi menjual bakso, Dengan kata lain
tugas pengajaran adalah berat, kompleks, perlu keseriusan, tidak asal jadi atau
sekedar coba – coba.
Media Dalam Mengajar Di Sekolah
Ditulis Oleh :Unknown
Update3:30 PM
With1 comment
Seiring dengan hal tersebut study intensif
yang dilakukan berbagai pihak termasuk lembaga-lembaga pendidikan
terhadap pola pembelajaran dan pemahaman peserta didik terhadap beberapa
mata pelajaran termasuk bahasa Indonesia menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan. Hasil studi menunjukkan bahwa pola pembelajaran bahasa
Indonesia di SMA cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah,
sehingga konsep-konsep akademik sulit difahami oleh siswa sebagai akibat
kurangnya motivasi belajar siswa dan pola belajar mereka cenderung
menghafal.
Meskipun Bahasa Indonesia adalah merupakan
pelajaran yang sangat penting, namun terkesan bahwa pelajaran bahasa
Indonesia merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini yang
menyebabkan minat belajar siswa terhadap bahasa Indonesia sangat rendah.
Hasil penelitian Indra Irawan dalam skripsinya (2005) menyimpulkan
bahwa kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
disebabkan, karena bahasa Indonesia dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit difahami. Tentu hal ini sangat memprihatinkan, karena bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional dan sudah merupakan bahasa sehari-hari.
Jika dibanding dengan ilmu eksakta seperti
matematika dan IPA memang bahasa Indonesia jauh lebih mudah. Hal ini
sangat beralasan karena tidak membutuhkan banyak analisis dalam
penanaman konsep. Akan tetapi banyak guru yang mengalami kesulitan
mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan baik. Kenyataan
memperlihatkan, bahwa kesan guru terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia gampang-gampang susah. Artinya, tidak membutuhkan banyak
pemikiran untuk mengajarkan, tetapi sulit menyampaikan dengan baik.
Kesulitan tersebut disebabkan beberapa alasan antara lain, mata
pelajaran bahasa Indonesia terkesan monoton dan tidak ada metode yang
ideal untuk mengajarkannya, disamping itu guru tidak kreatif untuk
menciptakan dan memanfaatkan metode pembelajaran bahasa Indonesia yang
efektif. Hasil survei yang dilakukan oleh Akhzan,S.Pd (2004),
menunjukkan bahwa 80,10 % menyatakan bahasa Indonesia sulit diajarkan
dari 80,10 % tersebut, 40% menyatakan bahwa minat siswa sangat kurang
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, 55% menyatakan kendalanya adalah
sulit menentukan alat praga dan menciptakan strategi, metode dan teknik
yang baik. Serta 5% menyatakan kendalanya adalah tingkat kesulitan
materi ajar yang cukup tinggi. Demikian pula halnya siswa, meskipun mata
pelajaran bahasa Indonesia dianggap mudah, namun terkesan kurang
diminati. Hasil penelitian Muh. Ramli (2005) terhadap siswa SMA di
Makassar memperlihatkan, bahwa 15 diantara 20 orang menyatakan Pelajaran
bahasa Indonesia kurang menarik. Dan 14 diantara 20 orang siswa
menyatakan Bahasa Indonesia Menjemukan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
sehari-hari, seharusnya menjadi suatu pelajaran yang diminati dan
disenangi oleh siswa namun kenyataannya secara umum rata-rata prestasi
pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih dianggap rendah. Hal ini
disebabkan matei pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak difahami
oleh siswa. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman
siswa dalam suatu proses pembelajaran adalah guru harus menggunakan
media pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan uraian di atas, tentu
dibutuhkan kreativitas guru dalam menciptakan suatu proses pembelajaran
yang menarik, menyenangkan dan bermakna, agar kesan bahwa belajar bahasa
Indonesia itu kurang menarik dan menjemukan dapat berbalik menjadi
belajar bahasa Indonesia itu mudah dan menyenangkan. Pembelajaran yang
beorientasi pada pemberian informasi sudah sepatutnya diminimalkan dan
diganti dengan pembelajaran yang lebih kreatif sehingga dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hal ini sangat sesuai
konsep pembelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan dewasa ini yakni
belajar dengan metode inquriry dan (critical thinking) yang selama ini
banyak ditinggalkan. Demikian halnya pembelajaran kontekstual
(Contektual Teaching and Learning). Selain itu, banyak dampak positif
(naturan effect) yang dapat diperoleh siswa seperti memupuk sikap
ilmiah, meningkatkan kepercayaan diri, bermain dan bertanggung jawab
dalam suatu masalah melalui diskusi, bermain peran, berkompetisi,
bekerja sama dalam kelompok, berlatih , dan yang paling penting adalah
siswa terjun langsung mengalami proses pembelajaran.
Untuk memotivasi
teman-teman guru dalam pemanfaatan media mungkin ada baiknya dikemas
dalam bentuk kegiatan lomba media pembelajaran sekaligus menjadi wahana
dalam bertukar pikiran dan informasi yang menarik.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
Ditulis Oleh :Unknown
Update8:34 AM
With1 comment
Mata Kuliah : Pembelajaran SKI
SKS :2
Kode Mata kuliah : TAR 201
Dosen Pengampu : Ahmad Subhan El-husein, S.PdI
1) Matakuliah Prasyarat:
a.
Al-Qur'an
2)
Ruang Lingkup Materi:
a.
Pengantar Ulum al-Qur'an dan Tafsir
Qur'an
b.
Sejarah Turun
c.
Penulisan al-Qur'an
d.
Asbab an Nuzul
e.
Munasabah al-Qur'an
f.
Makkiyah Dan Madaniyyah
g.
Muhkam Dan Mutasyabbih
h.
Kisah-kisah dalam al-Qur'an
i.
I'jaz al-Qur'an
j.
Tafsir, Ta'wil dan Terjemah
k.
Perkembangan Tafsir
3)
Kompetensi Dasar:
Mahasiswa
mampu memhami ilmu-ilmu al-Qur'an sehingga dapat membantu dalam memahami
al-Qur'an secara baik dan benar.
4)
Hasil Belajar :
a.
Mahasiswa mampu memahami dengan
baik tahap-tahap perkembangan ulum al-Qur'an dan Tafsir al-Qur'an
b.
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu-ilmu
al-Qur'an sebagai alat untuk mengungkap lebih luas khazanah al-Qur'an
c.
Mahasiswa dapat mempraktekkan
langsung ayat-ayat al-Qur'an sesuai ilmu-ilmunya.
5)
Indikator Pencapaian:
a. Mahasiswa tahu ada beberapa ilmu
untuk memahami al-Qur'an dengan baik
b. Mahasiswa mampu menganalisis
beberapa konsep /ilmu al-Qur'an.
c. Mahasiswa mampu mendata,
menghimpun ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan ilmu-ilmu al-Qur'an.
d. Mahasiswa mampu memahami
perkembangan Penafsiran al-Qur'an.
e. Mahasiswa dapat
menganalisa konteks historis turunnya sebuah ayat al-Qur’an.
f. Mahasiswa menguraikan korelasi antara satu ayat atu surat dengan
ayat surat
lainnya
6)
Kegiatan Perkuliahan:
a.
Pendekatan : Partisipatif dan Dialogis
b.
Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Problem Solving, Pengamatan
c.
Teknik /Strategi : Drill, Moral Reasoning, Klarifikasi
7)
Kegiatan Perkuliahan (Acara
Perkuliahan):
Pertemuan
ke-1
Kontrak
Belajar mencakup: Pembahasan SAP, Tata tertib, Hak dan Kewajiban.
Pertemuan
ke-2
Pengantar Ulum
al-Qur'an dan Tafsir al-Qur'an: mencakup bahasan Pengertian, Ruang lingkup
Materi dan Cabang-cabangnya.
Pertemuan
ke-3
Sejarah
turunnya al-Qur'an dan Hikmah al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur.
Pertemuan
ke-4
Penulisan al-Qur'an mencakup: Sejarah,
Penulisan pada masa Nabi, Khulafa al-Rasyidin, Penyempurnaan al-Qur'an.
Pertemuan
ke-5
Asbabun Nuzul
meliputi: Pengertian, Macam-macam Asbabn Nuzul, Ungkapan-ungkapan dan Hikmah Asbabun Nuzul.
Pertemuan
ke-6
Munasabah
al-Qur'an; Pengertian, Macam-macam dan urgensinya.
U T S
Pertemuan
ke-8
Makiyyah dan
Madaniyyah; Pengertian keduanya, Klasifikasi Ayat dan Surat-surat dalam
al-Qur'an, Ciri Khas keduanya, Hikmah mempelajarinya
Pertemuan
ke-9
Muhkam
Mutasyabbih; Pengertian keduanya, Klasifikasi ayat-ayat dalam al-Qur'an, Fawatikhus
suwar, Sikap para Ulama, Hikmah
Pertemuan ke-10
Kisah dalam
al-Qur'an; Pengertian, Macam-macam kisah dalam al-Qur'an, Urgensi kisah dalam
al-Qur'an, Manfaat dan Hikmah, Kisah dalam al-Qur'an sebagai realitas bukan
khayalan
Pertemuan
ke-11
I'Jaz al-Qur'an;
Pengertian, Dasar dan urgensi pembahasan, Macam-macam Mu'jizat, segi-segi
kemu'jizatan al-Qur'an, Bukti Historis kegagalan menandingi al-Qur'an.
Pertemuan
ke-12
Tafsir, Ta'wil
dan Terjemah; Pengertian dan Perbedaan ketiganya, Contoh-contohnya, Praktek.
Pertemuan
ke-13
Perkembangan
Tafsir mencakup; Klasifikasi Tafsir Bil Ma'tsur dan Bil ra'yi, Tafsir Pada masa
Sahabat dan Tabi'in.
U A S
8)
Evaluasi Perkuliahan
a. Teknik
Evaluasi : Tes Tulis, Performance,
Penugasan
b. Kompetensi
Minimal Kelulusan:
1. Mahasiswa mampu Menguraikan
Definisi dan Urgensi Ilmu al- Qur'an
2. Mahasiswa mampu
mempraktekkan ilmu-ilmu al-Qur'an ke dalam ayat-ayat al-Qur'an
3. Mahasiswa mampu memahami pesan yang terkandung dalam al-Qur'an.
c.Penentuan
Nilai Akhir
Perolehan
Nilai Mahasiswa dengan ketentuan sebagai berikut:
(1)
Prasyarat untuk mengikuti UAS
adalah mahasiswa melakukan tatap muka minimal 12 kali pertemuan Nilai akhir
ditetapkan berdasarkan
(a)
nilai kompetensi mengerjakan tugas
berstruktur (TB)
(b)
nilai kompetensi mengerjakan tugas
Mandiri (TM)
(c)
nilai kompetensi Penugasan Materi
Tengah Semester (MTS)
(d)
nilai kompetensi Penugasan Materi
Menyeluruh (MM)
NA
= TB + TM +
MTS +
MM
5
9)
Referensi/ buku sumber
a.
Subhiy al-Shalih : Mabahits fi
Ulum al-Qur'an, Dar al-'Ilm al-Malayin, Beirut, 1977.
b.
Manna' Khalil Qaththan, Mabahits
fi Ulum al-Qur'an, Mansyur al-'Asr al-Hadits, Riyadh, 1973
c.
Al-Suyuthi, al-Ithqan fi Ulum
al-Qur'an, Isa al-Babi al-Halabi, Mesir.t.th
d.
Al-ahabi, al-Tafsir wa
al-Mufassirun, Matba'at al-Saudah, Mesir, t.th.
e.
T.M. Hasbi ash-shiddieqy, Ilmu-ilmu
al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta,
1970
f.
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi
Burhan fi Ulum al-Qur'an, Isa al-Babi al-Halabi, Mesir, 1972
g.
Ahmad von Denffer, Ulum
al-Qur'an: An Introduction to the Sciences of the Qur'an.